Targetberita.co.id Mimika – Papua, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Kristomei Sianturi menyebut pihaknya sedang melakukan konfirmasi terkait kebenaran adanya korban masyarakat sipil.
Mayjen Kristomei Sianturi mengatakan, terkadang Organisasi Papua Merdeka (OPM) melakukan propaganda dengan menyampaikan jika ada korban masyarakat sipil, padahal sebenarnya merupakan bagian dari OPM.
“(Propaganda yang disebutkan) OPM itu adalah masyarakat sipil, nanti disebutkan lagi kalau yang mereka bunuh, itu adalah anggota TNI, intelnya TNI, kan selalu begitu, seperti Nakes dan guru kemarin dibilang mereka adalah intelnya TNI, padahal jelas guru biasa masyarakat biasa,” tuturnya saat ditemui wartawan di Rimba Papua Hotel, Mimika, Papua Tengah, Rabu (21/5/2025).
Kemudian terkait adanya seorang anak yang terluka akibat kontak tembak, Mayjen Kristomei menyampaikan hal itu perlu dilakukan pendalaman dan investigasi, peluru yang mengenainya dari mana dan milik siapa.
“Kita perlu itu (dalami) lagi, itu peluru dari siapa? Karena itu di tempat kontak tembak, apakah peluru dari TNI atau OPM? (Jika ada korban luka), pasti kita (TNI) evakuasi, dia (korban) dirawat dan diobati, itu di peperang namanya collateral damage,” ungkapnya.
Mayjen Kristomei mengaku, setiap prajurit TNI dibekali dengan rule of engaement atau peraturan yang mengacu pada Hukum Humaniter Internasional (HHI) yang juga dikenal sebagai hukum perang atau hukum konflik bersenjata.
“Jadi kita (TNI) juga diharuskan menghindari adanya korban yang tidak perlu disaat operasi, tapi jika terjadi, itu tadi kita obati, tapi kita cek lagi, apakah peluru dari tentara atau OPM,” katanya.
Ditegaskan, pengecekan apakah korban terluka dari peluru TNI atau OPM pun telah dilaksanakan, dan masih menunggu hasilnya.
“Justru itu kita cek, kenapa anak itu ada ditengah konflik, kita akan evaluasi lagi lebih lanjut, sejauh ini belum ada hasil, kan susah mengecek senjata mana yang kena dari sekian, apalagi dikatakan OPM pada saat itu lebih dari 50 orang yang tersebar,” jelasnya.
“Nanti kita dalami lebih lanjut, ngapain dia (mendiang) di situ (lokasi kontak tembak), sedang apa dia, kan itu pagi hari, apakah dia sedang di dalam rumah, atau bagaimana kita kan tidak tahu, namanya pemberontak itu kan ada simpatisan, sayap militernya, ada pendukungnya, jadi kita selidiki dan investigasi lebih lanjut,” terangnya.
Mayjen Kristomei menekankan, investigasi di lakukan untuk mengetahui alasan korban berada di lokasi apakah karena ada ancaman sehingga korban terpaksa membantu pemberontak karena diintimidasi atau memang simpatisan.
(Red)