Targetberita.co.id Jakarta, Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subianto, telah menerbitkan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/667/V/2025 yang ditetapkan pada 27 Mei 2025 tentang mutasi 117 perwira TNI, terkait akan diaktifkannya kembali satuan Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas).
Sinyal tersebut terlihat dari ditunjuknya perwira tinggi bintang tiga TNI AU Marsdya TNI Andyawan Martono Putra sebagai Staf Khusus Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) dengan keterangan untuk Pangkohanudnas yang termuat dalam salinan dokumen keputusan Panglima TNI tersebut.
Kohanudnas sendiri diumumkan dilikuidasi oleh Marsekal TNI Fadjar Prasetyo (saat ini purnawirawan) saat menjabat sebagai KSAU.
Saat itu, Fadjar mengumumkan likuidasi Kohanudnas bersamaan dengan peresmian Komando Operasi Udara Nasional (Koopsudnas) di Lapangan Apel Makohanudnas, Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Jumat (28/1/2022), Salah satu alasannya, adalah karena pertimbangan strategis.
Pengaktifan kembali Kohanudnas tertuang dalam Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/667/V/2025 yang diterbitkan pada 27 Mei 2025.
Keputusan tersebut juga mencakup mutasi dan pengangkatan sejumlah perwira tinggi TNI sebagai bagian dari langkah strategis untuk meningkatkan efektivitas organisasi militer.
“Visi ini menjadi pijakan dalam menyikapi dinamika pertahanan yang kian kompleks serta memperkuat soliditas internal TNI sebagai garda terdepan pertahanan negara,” ujar Kapuspen TNI Mayjen Kristomei Sianturi dalam keterangannya, Jumat (30/5/2025).
Marsdya Andyawan Martono Putra bukan sosok baru di dunia militer Indonesia. Lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1989 ini dikenal sebagai pilot ulung dengan lebih dari 1.000 jam terbang menggunakan jet tempur F-16 Fighting Falcon. Dengan callsign “Sable,” Andyawan memiliki rekam jejak yang impresif, termasuk menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) sebelum dimutasi menjadi Staf Khusus KSAU untuk mempersiapkan perannya sebagai Panglima Kohanudnas.
Kariernya di TNI AU diwarnai dengan penugasan di berbagai posisi strategis, seperti Komandan Lanud Iswahyudi, Panglima Komando Operasi Udara Nasional (Pangkoopsudnas), hingga Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) II. Pengalamannya menjadikannya sosok ideal untuk memimpin Kohanudnas dalam menghadapi tantangan pertahanan udara modern.
Keputusan untuk menghidupkan kembali Kohanudnas mencerminkan komitmen TNI dalam upaya modernisasi. Menurut Mayjen Kristomei Sianturi, mutasi dan rotasi jabatan ini tidak hanya merupakan perubahan administratif, tetapi bagian dari strategi penyegaran organisasi dan peningkatan kinerja satuan.
Kohanudnas diharapkan menjadi tulang punggung pertahanan udara nasional, dengan tugas mengoordinasikan radar, pesawat buru sergap, dan sistem rudal pertahanan udara dalam menjaga kedaulatan wilayah udara Indonesia.
Langkah ini juga sejalan dengan visi TNI yang Prima: Profesional, Responsif, Integratif, Modern, dan Adaptif. Dengan berkembangnya ancaman teknologi tinggi seperti serangan udara berbasis drone dan rudal jelajah, Kohanudnas memiliki peran vital dalam membangun kekuatan daya tangkal yang kuat.
“Mutasi ini bukan sekadar proses administratif, tapi merupakan strategi pembinaan karier dan penyegaran organisasi untuk meningkatkan efektivitas tugas,” tegas Kristomei.
Kohanudnas memiliki peran strategis dalam menjaga keamanan wilayah udara Indonesia. Setelah sempat dilebur pada 2022, kebutuhan akan pengawasan dan pertahanan udara yang terfokus membuat TNI memutuskan untuk mengembalikannya sebagai entitas mandiri. Kohanudnas kini fokus pada koordinasi operasional berbagai sistem pertahanan udara dalam mendeteksi dan menanggulangi potensi ancaman.
Kepemimpinan Marsdya Andyawan diharapkan membawa energi baru. Selain berpengalaman sebagai penerbang F-16, ia juga dikenal sebagai pemimpin yang inovatif. Salah satu buktinya adalah ketika ia memimpin evaluasi rudal Manpads QW-19 dan Chiron pada Januari 2025, yang menunjukkan komitmennya terhadap kesiapan alutsista nasional.
Pengaktifan kembali Kohanudnas menjadi bukti bahwa TNI terus menyesuaikan diri dengan dinamika zaman. Di bawah komando Jenderal Agus Subiyanto, modernisasi TNI tak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pembinaan sumber daya manusia melalui kebijakan mutasi yang strategis.
Dengan Marsdya Andyawan sebagai Panglima Kohanudnas, TNI AU diyakini semakin siap menghadapi tantangan udara di era baru. Kohanudnas tidak hanya tentang alutsista, tapi juga menyangkut sinergi antar unsur militer dalam membangun sistem pertahanan udara yang tangguh dan responsif.
(Agus)