Targetberita.co.id Jakarta, TNI AL resmi meluncurkan KRI Belati-622 yang menjadi kapal cepat rudal (KCR) 60 meter pertama di Indonesia, mengusung sistem penggerak hybrid berbasis biofuel.
Kapal ini dibangun sepenuhnya oleh PT Tesco Indomaritim.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali menyebut KRI Belati-622 sebagai bagian dari upaya memperkuat kemandirian alutsista nasional.
“Dengan teknologi hybrid, kapal ini sangat hemat bahan bakar dan mampu beroperasi lebih lama. Selain itu, dia bisa menggunakan biodiesel sehingga ramah lingkungan,” ujarnya, usai acara shipnaming di Jakarta, Rabu (1/10/2025).
Ia juga menegaskan penyelesaian kapal sudah memasuki tahap akhir. “Delivery timenya pada akhir Oktober ini. Mudah-mudahan bisa selesai tepat waktu,” kata Ali.
Konsep Hybrid Pertama Buatan Dalam Negeri
Direktur Utama PT Tesco Indomaritim Jamin Basuki mengungkapkan kapal ini menggunakan sistem hybrid hasil riset lebih dari satu dekade. “Konsep hybrid ini belum pernah digunakan di Indonesia. Kami meneliti kombinasi ini sejak sekitar 10 tahun lalu, dan lahirlah sistem satu propeller dan dua waterjet,” jelasnya.
Ia menjelaskan, propeller digunakan untuk jarak jauh dan kecepatan sedang, sementara waterjet dioptimalkan untuk kecepatan tinggi.
“Propeller itu efisien di speed rendah, sedangkan waterjet untuk speed tinggi. Kombinasi ini yang membuat konsumsi BBM bisa sangat rendah,” katanya.
Jamin bahkan menyebut perhitungan efisiensinya telah diuji secara teoritis. “Kalau loitering speed 12 knot, pernah kami hitung bisa jalan Sabang sampai Merauke tanpa isi BBM,” tambahnya.
Mesin Heavy Duty dan Operasi Jarak Jauh
Jamin juga menjelaskan kapal ini memakai mesin heavy duty untuk menopang operasional panjang. “Mesin heavy duty ini TBO-nya bisa sampai 30 ribu jam operasi sebelum perlu general overhaul. Kapal light duty biasanya hanya 9 ribu jam,” tuturnya.
Ia berharap keterlibatan industrinya tetap berlanjut setelah kapal resmi dioperasikan. “Kapal ini juga kapal milik rakyat Indonesia, jadi kami berharap diberi izin untuk memantau performanya dari mesin sampai konstruksi,” ujarnya.
Adapun KRI Belati-622 diselesaikan dalam waktu 34 bulan oleh tenaga kerja lokal. Pembangunannya menjadi penanda kemandirian teknologi alutsista maritim sekaligus langkah menuju pengurangan ketergantungan impor.
(Agus)