Targetberita.co.id Bandung – Jawa Barat, Hari ini, dunia memperingati Hari Harimau Internasional, sebuah momentum tahunan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian harimau, spesies kucing besar yang semakin langka dan berada di ambang kepunahan.
Harimau (Panthera tigris) merupakan spesies kucing terbesar di dunia. Seekor harimau Siberia dewasa, misalnya, bisa mencapai berat lebih dari 300 kilogram dan panjang lebih dari 3 meter, termasuk ekornya.
Namun, besar tubuhnya bukan satu-satunya hal yang mencengangkan. Harimau adalah satu-satunya spesies kucing besar yang memiliki pola belang unik di seluruh tubuhnya, termasuk di kulit, bukan hanya di bulunya.
Tak ada dua harimau dengan pola belang yang sama layaknya sidik jari manusia.
Hal ini kerap dimanfaatkan para peneliti untuk mengidentifikasi individu-individu harimau liar lewat foto jebakan kamera (camera trap) tanpa perlu menangkap atau menyentuhnya.
Menariknya, meski harimau sering disalahpahami sebagai hewan yang hanya hidup di darat dan menjauhi air, kenyataannya mereka adalah perenang ulung.
Harimau suka berenang, dan tak jarang melintasi sungai atau bahkan danau kecil untuk mencari mangsa atau wilayah baru.
Dalam dunia perfilman dan televisi, suara raungan harimau kerap disalahgunakan.
Banyak film blockbuster Hollywood yang menampilkan adegan singa mengaum, namun menggunakan suara harimau sebagai pengganti.
Ini karena suara raungan harimau dianggap lebih dramatis dan penuh gema. Raungan harimau mampu terdengar hingga jarak tiga kilometer, dan memiliki frekuensi
Selain kekuatan fisik, harimau dikenal sebagai pemburu soliter yang sangat efisien.
Mereka bisa melompat sejauh 10 meter dalam satu lompatan dan memiliki kemampuan penglihatan malam enam kali lebih baik daripada manusia.
Harimau biasanya memangsa rusa, babi hutan, atau hewan lain yang sebanding ukurannya, dan sering kali hanya berhasil dalam satu dari sepuluh kali percobaan berburu.
Karena itulah, harimau sangat bergantung pada wilayah jelajah yang luas dan kondisi ekosistem yang stabil.
Namun di balik kemegahan dan keperkasaannya, harimau menghadapi krisis kelangsungan hidup yang serius. Dikutip dari betahita, dalam satu abad terakhir, populasi harimau liar telah menyusut lebih dari 95 persen.
Dari sembilan subspesies harimau yang pernah ada, tiga telah dinyatakan punah: harimau Bali, harimau Kaspia, dan harimau Jawa.
Kini, hanya tersisa sekitar 4.000 ekor harimau liar di seluruh dunia, tersebar di beberapa wilayah Asia, termasuk Indonesia, India, Rusia, dan sebagian Asia Tenggara.
Indonesia sendiri menjadi habitat bagi dua subspesies harimau yang masih bertahan, yaitu harimau Sumatera dan harimau Malaya (yang sebagian populasinya berada di Semenanjung Malaysia).
Harimau Sumatera subspesies terkecil dari semua harimau, termasuk yang paling terancam punah, dengan populasi diperkirakan kurang dari 600 ekor di alam liar.
Fragmentasi habitat akibat pembukaan lahan, perburuan liar, serta konflik dengan manusia menjadi ancaman utama yang terus menghantui kelangsungan mereka.
Hari Harimau Internasional yang diperingati setiap 29 Juli sejak 2010 merupakan ajakan global untuk tidak menyerah terhadap nasib mereka.
Harimau bukan hanya bagian penting dari rantai ekosistem, tapi juga warisan alam dan budaya yang tak ternilai dan patut dipertahankan, sebelum suaranya yang dahsyat hanya tinggal rekaman di studio film.
(Red)