Opini Saiful Huda SH, Pengamat Politik
Targetberita.co.id Jakarta, Siapa sangka, “telunjuk sakti” Jokowi yang selama ini dianggap mampu mengendalikan aparat hukum, tiba-tiba patah.
Hal ini terjadi ketika Presiden Prabowo Subianto memberi amnesti kepada Hasto Kristiyanto.
Padahal hanya beberapa hari sebelumnya, Hasto divonis 3,5 tahun penjara dan denda Rp. 250 juta oleh majelis hakim Tipikor dalam perkara suap Harun Masiku.
Banyak pengamat paham, kasus lama ini tak mungkin dihidupkan kembali oleh KPK tanpa restu politik Jokowi.
Karena itu, runtuhnya vonis tersebut lewat amnesti jelas memperlihatkan rapuhnya kekuasaan “telunjuk sakti” Jokowi.
Rencana menyingkirkan Hasto dari kursi Sekjen PDIP pun gagal total.
Meski sempat ditahan, Megawati tetap mempertahankannya, bahkan pasca-kongres nama Hasto kembali diumumkan sebagai Sekjen PDIP.
Semua skenario untuk melemahkan Hasto kandas.
Hasto dikenal kritis terhadap praktik abuse of power era Jokowi, mulai dari pelemahan institusi, manipulasi hukum, hingga pengabaian check and balances dan kebebasan pers.
Tak heran bila ia dijadikan target politik, namun ketika KPK gagal menemukan bukti baru, kasus Harun Masiku kembali didaur ulang, meski sudah inkracht sejak 2020. Ironisnya, vonis itu akhirnya dimentahkan oleh kebijakan amnesti Presiden Prabowo yang disetujui DPR, Hasto pun bebas tepat di bulan kemerdekaan.
Bagi Jokowi, ini seperti jatuh tertimpa batu. Ia gagal memenjarakan Hasto, lalu terseret isu penyakit kulit dan kembali dihantam “Badai Biru” berupa dugaan ijazah palsu.
Sementara lawan-lawannya justru semakin kokoh: Hasto tetap Sekjen PDIP yang berwibawa, Tom Lembong bebas dengan abolisi dan populer di kalangan publik.
Kontras dengan kondisi Jokowi di Solo yang kian merana, dihantam isu “Gajah” (Ga Ada Ijazah) yang menyeret wibawanya. Entah biru itu merujuk Demokrat-nya SBY atau lagu lawas Itje Trisnawati, yang jelas badai politik itu makin memperburuk nasibnya.
Siapa pun yang meragukan adanya intervensi politik, cobalah membaca pledoi dan duplik Hasto.
Keduanya menunjukkan argumentasi akademis dan bukti kuat bahwa kasus ini hanyalah rekayasa daur ulang. Hasto adalah tahanan politik dan kini ia kembali dengan posisi yang lebih kuat.
(Red)