Jakarta, TargetBerita.co.id,- Direktur Jenderal Melanesian Spearhead Group (MSG), Leonard Louma, mengatakan kawasan Pasifik terus menjadi pusat kepentingan geopolitik oleh negara adidaya global.
KTT ke-22 Pemimpin MSG diadakan di Port Vila, Vanuatu, pekan ini, yang menjadi pertemuan tatap muka penuh pertama sejak pandemi COVID-19.
Perdana Menteri Fiji, Kepulauan Solomon, Papua Nugini, dan Presiden FLNKS Kaledonia Baru dipastikan akan menghadiri sesi para pemimpin pada Rabu (23/8/2023).
Louma memihak, namun tidak melindungi Melanesia dan kawasan” katanya sebagaimana dilansir yang dikutip detikindonesia.co.id pada Selasa (21/8/2023).
“Ada beberapa yang ingin kita percaya bahwa memihak dalam sikap geopolitik itu adalah kepentingan terbaik kita. Izinkan saya segera menambahkan, saya cenderung menunda, bukanlah kepentingan terbaik kita untuk memihak,” kata Louma.
Dirjen Louma juga membidik negara-negara anggota MSG yang tidak bergerak dengan “urgensi” pada isu-isu yang telah menjadi agenda Leaders’ Summit.
“Keputusan-keputusan tertentu yang juga dibuat oleh para pemimpin dan menteri luar negeri di masa lalu terus terbengkalai dan tampaknya tidak ada tanda-tanda nyata dari keinginan untuk menerapkannya.”
Perdagangan bebas
Louma mengatakan Perjanjian Perdagangan Bebas MSG “entah bagaimana terikat pada pelatihan lain dan pengaturan komersial”.
“Antusiasme kita untuk bekerja sama tampaknya telah memudar. Kita perlu meremajakan kembali semangat dan keinginan untuk melakukan kerja sama industri yang pernah menjadi ciri khas MSG,” ujarnya.
Menteri Luar Negeri Vanuatu, Matai Seremaiah, telah mendesak Vanuatu dan Papua Nugini untuk menandatangani perjanjian perdagangan yang telah ditandatangani oleh Fiji dan Kepulauan Solomon.
Perdana Menteri Vanuatu, Ishmael Kalsakau, mengatakan kepada RNZ Pacific bahwa dia menyampaikan keprihatinan yang sama dengan wakilnya mengenai masalah perjanjian perdagangan bebas.
“Vanuatu harus cepat patuh. Kalau melihat tema pertemuan itu relevan dan relevan artinya kita harus berpartisipasi sebagai kelompok inti sehingga kita bisa memajukan semua kepentingan kita bersama,” ujarnya.
Leonard Louma mengatakan MSG perlu memberikan konsesi jika diperlukan demi kepentingan kohesi MSG.
“Masalah uji coba nuklir di Pasifik tidak akan berjalan seperti yang kita lakukan tanpa MSG mengambil posisi yang kuat dalam hal ini.”
Deklarasi
Pada Senin (21/8/2023), pejabat Sekretariat Melanesian Spearhead Group mengatakan ada 10 isu dalam agenda, termasuk Papua Barat.
Dalam pernyataan pembukaannya pada sesi Menteri Luar Negeri pada Senin (21/8/2023), Seremaiah mengatakan ada dua draf deklarasi utama yang akan dipertimbangkan oleh para pemimpin.
“Yang pertama adalah aksi iklim dan “mendesak para pencemar untuk tidak membuang air yang telah diolah ke Samudera Pasifik,” katanya.
“Sampai dan kecuali air yang diolah terbukti aman untuk dilakukan dan secara serius mempertimbangkan pilihan lain,” tambahnya.
Deklarasi kedua adalah deklarasi wilayah MSG yang damai dan netral, menambahkan “Deklarasi ini bertujuan untuk memajukan implementasi inisiatif keamanan MSG untuk mengatasi kebutuhan keamanan nasional di wilayah MSG, melalui jalur Pasifik, talanoa atau tok stori dan diikat oleh nilai-nilai bersama dan kepatuhan terhadap vuvale, budaya, dan tradisi Melanesia.”
Agenda tahun ini juga mencakup isu permohonan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) untuk menjadi anggota penuh badan sub-regional tersebut.
Gerakan ini hadir dalam pertemuan tersebut, serta delegasi besar dari Indonesia yang diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negeri.
Namun, baik Seremaiah maupun Louma tidak menyebutkan Papua Barat dalam pernyataan pembukaan mereka. (Daniel)
Sumber detikindonesia.co.id