Targetberita.co.id Jakarta, Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) mengungkapkan maraknya praktik penyelundupan timah di tanah air. Salah satu kasus yang cukup mencolok adalah penyelundupan timah Indonesia ke Malaysia dengan nilai mencapai Rp 45-47 triliun.
Ketua Umum AETI, Harwendro Adityo Dewanto, menyampaikan bahwa jumlah timah yang diselundupkan ke Malaysia diperkirakan sekitar 12.000 ton setiap tahun.
Informasi ini diperoleh langsung dari mitra industri mereka di Malaysia.
Dalam sejumlah forum internasional, Malaysia sendiri menyatakan bahwa mereka menerima pasokan timah dari Indonesia sebanyak 1.000 ton per bulan.
“Malaysia mengakui kepada kita bahwa mereka mendapat pasokan timah atau bijih timah dari Indonesia sebesar seribu ton per bulan. Kalau dihitung, setara dengan sekitar 12 ribu ton per tahun.
Bila dikonversikan ke bentuk ingot, nilainya bisa mencapai Rp 45-47 triliun berdasarkan harga timah saat ini,” jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Rabu (1/10/2025).
Aktivitas ilegal ini tidak hanya merugikan penerimaan negara, tetapi juga memberikan dampak besar bagi industri timah dalam negeri.
Para eksportir resmi merasa dirugikan karena harus menghadapi persaingan tidak sehat dengan produk yang keluar melalui jalur ilegal.
Berdasarkan catatan AETI, sejak awal 2025, penyelundupan timah semakin marak.
Praktik ilegal tersebut dilakukan secara sistematis, terorganisir, dan tersembunyi.
Bahkan para pelaku usaha legal tidak menyadari adanya jaringan penyelundupan yang ternyata sudah berjalan dengan begitu rapi dan masif.
“Mereka melakukannya secara sistematis, terstruktur, dan diam-diam, sehingga kita semua tidak menyadari praktik itu sedang berlangsung,” tambahnya.
Meski begitu, isu penyelundupan timah ini telah menjadi perhatian khusus Presiden RI Prabowo Subianto.
Menurutnya, langkah penindakan juga menjadi salah satu faktor meningkatnya produksi timah nasional.
“Efeknya sekarang cukup positif, produksi timah di Indonesia saat ini mengalami peningkatan. Walaupun kinerja PT Timah tengah menurun, secara keseluruhan produksi nasional cukup baik,” tegasnya.
Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto menyoroti maraknya praktik penyelundupan timah ilegal dari Bangka Belitung ke luar negeri.
Ia menyebutkan, sekitar 80% hasil timah dari wilayah tersebut diselundupkan ke luar negeri dengan berbagai cara.
“Hampir 80% hasil timah diselundupkan, dengan beragam cara. Ada yang menggunakan kapal, ada yang lewat ferry. Sekarang jalur itu sudah ditutup, bahkan sampan pun tidak bisa keluar,” ujar Prabowo, dikutip Selasa (30/9/2025).
Prabowo menilai kondisi ini merupakan bentuk perampokan sistematis akibat kelengahan para elite, sehingga kekayaan bangsa terkuras.
Ia menambahkan, di Bangka Belitung—yang sejak lama dikenal sebagai salah satu pusat tambang timah terbesar di dunia terdapat sekitar 1.000 tambang ilegal yang masih beroperasi.
Oleh sebab itu, Prabowo menegaskan telah mengambil langkah tegas dengan menginstruksikan TNI, Polri, serta Bea Cukai untuk menggelar operasi besar-besaran.
“Sejak 1 September kemarin, saya perintahkan TNI, Polri, dan Bea Cukai melakukan operasi besar-besaran di Babel untuk menutup jalur penyelundupan, yang selama ini membuat hampir 80% hasil timah keluar secara ilegal,” ujarnya.
Selain timah, Prabowo juga mengungkapkan bahwa praktik serupa terjadi pada komoditas tambang lain, seperti nikel, batu bara, hingga bauksit.
“Hampir semua terdapat tambang ilegal yang jumlahnya sangat besar. Saya sudah memerintahkan agar segera ditertibkan, dibersihkan, atau diambil alih negara. Jika kita bisa menegakkan ini, Insya Allah penerimaan negara akan meningkat pesat, kebocoran bisa ditutup, dan negara akan mencapai kemakmuran,” tandas Prabowo.
(Agus)