logo tb
Banjar BaruBanjarbaruBeritaDaerahEkonomiKalimantan SelatanNasionalNewsTerkini

Proyek Jembatan KM 31 Banjarbaru Dirasa Rugikan Pedagang Sekitar

94
×

Proyek Jembatan KM 31 Banjarbaru Dirasa Rugikan Pedagang Sekitar

Sebarkan artikel ini

Targetberita.co.id Banjarbaru – Kalimantan Selatan,  Pembangunan jembatan di Jalan A. Yani KM. 31, Sungai Ulin, Banjarbaru, menuai keluhan dari para pelaku usaha di sekitarnya.

Proyek tersebut dinilai berdampak buruk pada omzet mereka, bahkan lebih parah dari masa pandemi Covid-19.

Salah satu pedagang yang merasakan dampaknya adalah Susilo, pemilik toko karpet. Ia mengungkapkan bahwa sejak proyek dimulai, penjualan karpetnya anjlok drastis.

Penutupan jalan dan penumpukan material proyek telah menghalangi akses pelanggan ke tokonya.

“Dulu kami bisa menjual sampai tujuh lembar karpet impor dalam sebulan. Sekarang hanya dua lembar, itupun harganya kami banting dari Rp. 12 juta jadi Rp. 3 juta,” ujar Susilo saat ditemui pada Senin (4/8/2025).

​Kerugian juga dirasakan pada penjualan karpet masjid.

“Biasanya bisa terjual 60 meter sebulan, sekarang benar-benar sepi. Tidak ada satu pun yang terjual,” tambahnya.

​Menurut Susilo, kondisi ini menjadi masa tersulit selama 12 tahun ia berbisnis, bahkan lebih berat dari saat pandemi. Saat Covid-19, ia masih bisa bangkit perlahan, namun kali ini kerugiannya lebih dalam.

Banyak pelanggan yang mengira tokonya tutup dan terpaksa menelepon untuk memastikan.

​Akibat sepinya pembeli, Susilo tidak berani menyetok barang baru karena khawatir tidak mampu membayar pemasok.

Ia juga menyadari bahwa berjualan secara online bukan solusi efektif.

​”Karpet itu produk yang harus dilihat dan diraba langsung oleh pelanggan. Mereka ingin merasakan teksturnya dan melihat warna aslinya. Ini bukan kebutuhan pokok, tapi barang seni, jadi harus cocok di mata pembeli,” jelasnya.

Selain kerugian finansial, Susilo juga mengeluhkan kurangnya komunikasi dari pihak terkait sebelum proyek dimulai. Ia merasa tidak dilibatkan dalam sosialisasi pembangunan, padahal lokasinya terdampak langsung.

“Saya tahu dari tetangga. Seharusnya kami diajak bicara sejak awal,” keluhnya.

Susilo menegaskan bahwa ia dan para pedagang lainnya tidak menolak pembangunan. Mereka hanya berharap prosesnya bisa lebih memperhatikan kondisi di lapangan.

“Kami tidak ingin demo atau membuat keributan, hanya ingin didengar,” tegasnya.

Oleh karena itu, Susilo berharap kontraktor dan pemerintah kota lebih peduli terhadap pelaku usaha dan masyarakat yang terdampak.

“Itu saja yang kami inginkan, perhatian dan solusi nyata,” pungkasnya.

(Red)