logo tb
BeritaJakartaMetropolitanNasionalNewsTerkini

Respons Cepat Pemprov DKI Hadapi Hujan Mikroplastik dan Panas Ekstrem: Riset Diperkuat, Edukasi Diperluas

71
×

Respons Cepat Pemprov DKI Hadapi Hujan Mikroplastik dan Panas Ekstrem: Riset Diperkuat, Edukasi Diperluas

Sebarkan artikel ini

Targetberita.co.id Jakarta, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bergerak cepat menindaklanjuti hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menemukan kandungan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta.

Pemerintah memastikan langkah penguatan riset, pengawasan sumber pencemar, dan edukasi publik segera dilakukan untuk menjaga kualitas lingkungan dan kesehatan warga Ibu Kota.

PEMIMPIN REDAKSI TARGET BERITA

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengatakan, hasil penelitian BRIN menjadi pengingat penting bahwa polusi plastik kini telah memasuki fase yang lebih kompleks. Menurutnya, temuan mikroplastik di air hujan tidak perlu disikapi dengan kekhawatiran berlebihan, tetapi harus dijadikan momentum untuk memperkuat kerja bersama antar lembaga.

“Begitu hasil riset BRIN kami terima, DLH langsung berkoordinasi untuk memperdalam kajian ilmiah serta memperkuat langkah pengawasan di lapangan. Ini bukan isu yang perlu ditakuti, melainkan panggilan untuk mempercepat kerja bersama dalam mengatasi polusi plastik,” ujar Asep dalam Media Briefing bertajuk ‘Isu Mikroplastik dalam Air Hujan dan Fenomena Cuaca Panas Ekstrem’ di Strategic Room Humas, Blok F Lantai 2 Balai Kota Jakarta, pada Jumat (24/10/2025).

Selain Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, acara yang dimoderatori Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) DKI, Budi Awaluddin ini juga menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan P2P Dinkes DKI, dr. Rahmat Aji Pramono; Fungsional Madya Pengamat Meteorologi dan Geofisika BMKG, Dr. Dwi Atmoko; Peneliti Ahli Utama BRIN, Muhammad Reza Cordova; serta Plt Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DKI, Rian Sarsono.

Asep menjelaskan, sejak 2022, DLH DKI telah melakukan pemantauan mikroplastik di perairan Teluk Jakarta, sungai, dan danau bekerja sama dengan BRIN serta lembaga riset lainnya.

Pemantauan di lebih dari 60 titik setiap tahun menghasilkan data penting mengenai sebaran dan sumber pencemar. Hasil pemantauan tersebut menjadi dasar penyusunan kebijakan pengendalian lingkungan yang berbasis bukti ilmiah.

Sementara itu, Profesor Riset BRIN, Muhammad Reza Cordova, menuturkan bahwa mikroplastik dapat berpindah melalui udara dan ikut turun bersama hujan, terutama di wilayah perkotaan padat. Ia menilai fenomena ini tidak hanya disebabkan oleh sampah lokal, tetapi juga oleh pergerakan partikel plastik di atmosfer.

“Partikel mikroplastik sangat ringan sehingga bisa terbawa angin dan jatuh bersama hujan. Fenomena ini bersifat lintas wilayah dan memerlukan kerja sama lintas sektor. Karena itu, pendekatan pengendaliannya harus terpadu dari hulu hingga hilir,” jelas Reza.

Di sisi lain, Plt Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DKI, Rian Sarsono, menilai hasil penelitian BRIN menjadi bagian dari sistem peringatan dini bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

“Hasil riset ini menjadi dasar bagi Pemprov DKI dalam memperkuat kesiapsiagaan dan mitigasi terhadap potensi ancaman lingkungan akibat aktivitas manusia,” ujarnya.

BPBD bersama DLH DKI juga gencar melakukan kampanye edukasi kepada masyarakat agar menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah pencemaran mikroplastik.

Sejak 2023, BPBD telah melakukan intervensi aktif melalui operasi modifikasi cuaca (OMC) bersama BMKG dan BRIN. Upaya ini dilakukan untuk mengatur curah hujan, mencegah cuaca ekstrem, mengurangi risiko banjir dan kekeringan, sekaligus menurunkan partikel berbahaya di udara.

“Melalui OMC, kami berupaya menjaga kualitas udara serta mengendalikan polutan di atmosfer, termasuk partikel mikroplastik,” kata Rian.

Dari sisi kesehatan, Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan P2P Dinkes DKI, dr. Rahmat Aji Pramono, menjelaskan, paparan mikroplastik dalam jangka panjang dapat memengaruhi sistem pernapasan dan pencernaan.

“Mikroplastik adalah benda asing bagi tubuh. Ketika terhirup atau tertelan, partikel ini dapat menimbulkan peradangan di saluran pernapasan dan pencernaan. Ukurannya yang sangat kecil bahkan bisa masuk ke pembuluh darah dan meningkatkan risiko gangguan jantung atau stroke,” jelasnya.

Rahmat menambahkan, mikroplastik bukan penyebab tunggal penyakit, tetapi dapat memperparah kondisi bagi orang dengan penyakit bawaan dan pola hidup kurang sehat.

Karena itu, Dinkes DKI terus mengedukasi masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan rutin membersihkan debu di rumah.

“Penelitian menunjukkan mikroplastik banyak ditemukan dalam debu rumah. Karena itu, kami mengimbau masyarakat lebih rajin membersihkan lingkungan agar terhindar dari paparan mikroplastik,” pungkasnya.

Pemprov DKI Jakarta terus memperkuat kolaborasi dengan BRIN, Kementerian Lingkungan Hidup, serta berbagai perguruan tinggi untuk memperdalam penelitian mengenai kualitas air hujan di Jakarta.

Selain itu, pemerintah daerah juga meningkatkan pengawasan terhadap sumber pencemar dari sungai dan sistem drainase, serta memperluas kampanye publik untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di rumah tangga dan komunitas.

Panas Ekstrem

Selain menyoroti temuan mikroplastik, DLH DKI juga merespons kekhawatiran masyarakat terhadap fenomena panas ekstrem yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi suhu yang lebih panas dari biasanya merupakan kombinasi antara dampak perubahan iklim global dan pengaruh lokal, seperti kepadatan aktivitas perkotaan serta berkurangnya ruang hijau.

Asep menjelaskan, Pemprov DKI tengah mempercepat langkah adaptasi dan mitigasi iklim melalui berbagai program lingkungan.

Upaya tersebut antara lain perluasan ruang terbuka hijau, penanaman pohon di wilayah padat penduduk, serta pengendalian emisi dari transportasi dan industri.

“Jakarta tidak boleh hanya bereaksi setelah dampak terasa. Kami ingin menjadi kota yang tangguh, yang responsif terhadap perubahan iklim sekaligus berkomitmen menjaga keberlanjutan,” ujarnya.

Asep menegaskan, Pemprov DKI Jakarta akan terus bekerja secara ilmiah, transparan, dan kolaboratif untuk melindungi lingkungan serta kesehatan masyarakat.

Menurutnya, fenomena hujan mikroplastik dan panas ekstrem menjadi pengingat bahwa perubahan perilaku kolektif dan kebijakan berkelanjutan merupakan keharusan, bukan pilihan.

“Jakarta harus menjadi contoh kota besar yang sigap menghadapi tantangan lingkungan dan berani berinovasi untuk keberlanjutan,” tutupnya.

(Sonny H. Sayangbati)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *