logo tb
BandungBeritaDaerahNasionalNewsTerkini

Utang KICC Selangit Penumpang Sedikit, PT KAI Bangkrut hanya Tinggal Tunggu

54
×

Utang KICC Selangit Penumpang Sedikit, PT KAI Bangkrut hanya Tinggal Tunggu

Sebarkan artikel ini

Targetberita.co.id Bandung – Jawa Barat, Utang kereta cepat Whoosh mencekik PT KAI. Pemerintah didesak putar otak cari solusi. Jika tidak, kebangkrutan PT KAI hanya tinggal menunggu waktu.

Anggota Komisi VI DPR RI Firnando H. Ganinduto, dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Kamis (4/9/2025) mengatakan, pemerintah harus segera hadir dengan solusi karena proyek ini merupakan agenda kerja negara.

“Jika beban utang seluruhnya ditimpakan pada PT KAI, kebangkrutan hanya tinggal menunggu waktu,” katanya.

Saat utang selangit, kondisi diperparah dengan capaian jumlah penumpang pada 2024 hanya sekitar 6 juta orang. Angka itu jauh dari target 31 juta penumpang per tahun.

“Kinerja okupansi yang hanya seperlima dari target jelas mengkhawatirkan. Jika dibiarkan, utang infrastruktur tidak akan terbayar, bahkan bisa merembet pada kesehatan BUMN lain dalam konsorsium,” jelasnya dikutip dari Inilah.com.

BUMN dan BPI Danantara diminta memberikan atensi khusus karena besarnya utang proyek strategis nasional (PSN) ini berpotensi mengganggu kinerja dan keberlangsungan operasional.

Upaya restrukturisasi yang mencapai Rp. 6,9 triliun dari China Development Bank (CDB) dinilai belum cukup, dibutuhkan roadmap penyelesaian yang jelas.

“Pekerjaan rumah terbesar PT KAI saat ini adalah menyelamatkan Whoosh. Jika persoalan ini berhasil diurai, maka kinerja bisnis PT KAI yang selama ini sudah mendapat apresiasi dari masyarakat dapat terus berkembang. Kita butuh ide-ide brilian dan keputusan cepat agar beban utang kereta cepat tidak berubah menjadi krisis BUMN,” tuturnya.

Dia mengingatkan bahwa beban proyek Whoosh bukan hanya tanggungan PT KAI, melainkan juga PT Wijaya Karya, PT Jasa Marga, dan PT Perkebunan Nusantara I yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia.

“Masalah ini harus ditangani serius agar tidak menimbulkan efek domino ke seluruh ekosistem BUMN. Lebih jauh lagi, kerugian berkelanjutan bisa menggerus kepercayaan investor asing terhadap iklim investasi di Indonesia,” kata Firnando.

(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *